MEMIMPIN SEPERTI YESUS, BEKERJA SEPERTI 12 MURID

 

Fakta

1.      Sering kita menemukan pemimpin yang mau agar segala sesuatu ditentukan dan diatur oleh dirinya sendiri padahal kemauan atau pengaturannya subyektif, bisa saja meleset jauh dari fakta, realitas, kejadian nyata di lapangan.

2.      Ada pemimpin yang mau berkuasa dan meraja atas orang yang dipimpinnya padahal pemimpin itu tidak tahu bahwa setiap orang yang dipimpinnya itu memiliki kehedak bebas sebagai ciptaan Tuhan dan kehendak untuk berkuasa (The Will to power) suatu konsep sentral dalam filsafat filsuf Jerman abad ke-19: Friedrich Nietzsche. The Will to Power menjadi roh absolut (penggerak yang menggerakkan dirinya).

3.      Cara memimpin terlihat juga dalam cara bekerja. Tampaklah pemimpin yang cara kerjanya “monopoli konsep” dan no share power. Sewaktu datang rapat, tidak mau mendengar masukan-masukan di “akar rumput” melainkan menggunakan konsep pribadi dan mempertahankan teguh dalam rapat. Tidak membagi kekuasaan membuat semua tergantung pada sang pemimpin. Bahkan sampai hal sepeleh dan kecil dan urgen harus sepengetahuan dan izin resmi pemimpin.


Ideal

1.      Yesus tidak selamanya subyektif. Dia menyapa: “Apa yang Engkau ingin Aku perbuat bagimu?” Jawab orang itu Ya Tuhan semoga Aku dapat melihat! Tuhan membuka ruang konsultasi yang mana mengecek realitas dan keadaan manusia.

2.      Yesus punya kuasa tetapi sadar bahwa ada kuasa dari Bapanya di surga. Yesus bilang: “Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas” (Yoh: 19:11).

3.      Yesus punya “team work” dan memberi mereka kuasa. Yesus memanggil 12 murid yang (Mat. 10:1-4) untuk melanjutkan misi. Share kuasa nampak dalam Mat 10:7-8, menyembuhkan orang sakit; membangkitkan orang mati; mentahirkan orang kusta dan mengusir setan.


Proses

1.      Pengamatan objektif juga penting. Bila ada rapat, obserfasi dan penjaringan data menjadi input dalam membuat keputusan dan kebijakan. Duduk, Diam, Dengar! Semua peserta rapat wajib berbicara atas pengalaman dan keadaan riilnya.

2.      Berbagi kuasa adalah suatu cara efektif dan efisien dalam memimpin. Keputusan dan kebijakan tidak harus dari mulut satu pemimpin tunggal tetapi dari konsensus bersama yang tertulis dalam aturan, konstitusi, statuta, pedoman dan ADRT. Bagi kuasa bukan berarti merendahkan kuasa sang pemimpin.

3.      Bekerja sama dalam tim di atas dasar kepercayaan dan komunikasi intens. Bentuklah tim kecil saja dimana semua orang bisa kerja dengan jelas. (Yos Patris)

Comments